A.
APRESIASI KARYA SENI RUPA 2 DIMENSI
Apresiasi adalah penghargaan atau penilaian yang positif terhadap suatu
karya tertentu. Sedangkan senimerupakan
sesuatu yang diciptakan manusia yang mempunyai nilai keindahan atau estetika.
Jadi apresiasi seni merupakan suatu penilaian terhadap suatu
karya seni, baik mengenali, menilai, dan menghargai bobot-bobot seni atau
nilai-nlai seni yang terkandung dalam karya seni tersebut.
Tujuan pokok dari mengapresiasi seni adalah menjadikan
masyarakat agar tahu apa, bagaimana, dan apa maksud dan tujuan dari karya seni
itu. Dengan kata lain masyarakat dapat menanggapi, menghayati serta menilai
suatu karya seni.
Adapun tujuan akhir karya seni yaitu :Jangan kita salah paham, pengertian kritik dalam seni tidak diartikan sebagai kecaman yang menyudutkan hasil karya atau penciptanya. Hampir sama dengan apresiasi, kritik seni pada dasarnya merupakan kegiatan menanggapi karya seni. Perbedaannya hanyalah kepada fokus dari kritik seni yang lebih bertujuan untuk menunjukkan kelebihan dan kekurangan suatu karya seni. Keterangan mengenai kelebihan dan kekurangan ini dipergunakan dalam beragam aspek, terutama sebagai bahan untuk menunjukkan kualitas dari sebuah karya.
B. Jenis Kritik Karya Seni Rupa Kritik karya seni memiliki perbedaan tujuan dan kualitas. Karena perbedaan tersebut, maka dapat kita jumpai empat jenis kritik karya seni rupa berdasarkan pendekatannya seperti yang disampaikan oleh Feldman (1967) yaitu kritik populer (popular criticism), kritik jurnalistik (journalistic criticism), kritik keilmuan (scholarly criticism). dan kritik pendidikan (pedagogical criticism). Pemahaman terhadap keempat tipe kritik seni tersebut dapat mengantar nalar kita untuk menentukan pola pikir dalam melakukan kritik seni. Setiap tipe mempunyai ciri (kriteria), media (alat: bahasa), cara (metoda), sudut pandang, sasaran, dan materi yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Keempat kritik tersebut memiliki fungsi yang menekankan pada masing-masing keperluannya Selain jenis kritik yang disampaikan oleh Feldman, berdasarkan titik tolak atau landasan yang digunakan, dikenal pula beberapa bentuk kritik yaitu: kritik formalistik, kritik ekspresivistik dan instrumentalistik :Melalui pendekatan instrumentalistik sebuah karya seni cenderung dikritisi berdasarkan kemampuananya dalam upaya mencapai tujuan, moral, religius, politik atau psikologi. Pendekatan kritik ini tidak terlalu mempersoalkan kualitas formal dari sebuah karya seni tetapi lebih melihat aspek konteksnya baik saat ini maupun masa lalu. Lukisan berjudul ”Penangkapan Pangeran Diponegoro” karya Raden Saleh misalnya, dikritisi tidak saja berdasarkan kualitas teknis (formal) nya saja tetapi keterkaitan antara objek, isi, tema dan tujuan serta pesan moral yang ingin disampaikan pelukisnya atau interpretasi pengamatnya terhadap konteks ketika karya tersebut dihadirkan.
·
Untuk mengembangkan
nilai estetika karya seni
·
Untuk mengembangkan
kreasi
·
Untuk penyempurnaan
Dalam
mengapresiasi suatu karya seni, adapaun sikap atau kegiatan yang digolongkan
sebagai berikut :
·
Apresiasi empatik, yaitu
sikap apresiasi yang menilai suatu karya seni sebatas tangkapan indrawi.
·
Apresiasi estetis, yaitu
apresiasi menilai karya seni dengan melibatkan pengamatan dan penghayatan yang
mendalam.
·
Apresiasi kritik, yaitu
apresiasi karya seni dengan mengklasifikasi, mendeskripsi, menjelaskan,
menganalisis, menafsirkan dan mengevaluasi serta menyimpulkan hasil
pengamatannya. Sikap apresiasi ini dapat dilakukan secara langsung dengan
mengamati suatu benda.
Kegiatan
berapresiasi meliputi: persepsi, pengetahuan, pengertian, analisis, penlaian,
dan apresiasi.
Istilah "Seni Rupa"
seringkali kalian jumpai baik dalam bentuk tulisan maupun yang diperbincangkaan
secara lisan.Apa itu seni rupa, seni rupa adalah cabang seni yang membentuk
karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan dengan rabaan.
Demikian pula karya seni rupa 2
Dimensi,adalah Karya seni rupa yang hanya memiliki dimensi panjang dan
lebar atau karya yang hanya dapat dilihat dari satu arah pandang saja.
Apresiasi Karya Seni Rupa 2 dimensi adalah suatu penilaian terhadap suatu karya seni baik
mengenali,menilai dan menghargai bobot bobot seni atau nilai nilai yang
terkandung dalam seni tersebut.
B.
UNSUR UNSUR SENI RUPA
Ø Titik
Titik adalah salah satu unsur dasar seni rupa yang
paling kecil
Ø Garis
Garis merupakan
sebuah goresan atau pembatas dari suatu benda, bidang, ruang, warna, texture,
dan lain-lain. Garis mempunyai dimensi yaitu memanjang dan mempunyai arah
tertentu.
ü Garis tegak melambangkan keagungan, kestabilan;
ü Garis miring
mengingatkan pada kegoncangan, tidak
stabil, gerak;
ü Garis tegas, kuat,
terpatah-patah mengesankan kekuatan;
ü Garis halus,
melengkung-lengkung berirama mengesankan kelembutan, kewanitaan.
Ø Bidang
Bidang merupakan pengembangan garis yang membatasi suatu bentuk
sehingga membentuk bidang yang melingkupi dari beberapa sisi. Bidang mempunyai
sisi panjang dan lebar, serta memiliki ukuran..
Ø Bentuk
Bentuk juga dapat
dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu:
a.
Bentuk geometris
Bentuk geometris
merupakan bentuk yang terdapat pada ilmu ukur meliputi:
-
Bentuk kubistis,
contohnya kubus dan balok.
-
Bentuk silindris,
contohnya tabung, kerucut, dan bola.
b. Bentuk
nongeometris
Bentuk nongeometris berupa bentuk yang meniru
bentuk alam, misalnya manusia, tumbuhan,
dan hewan.
Ø Tekstur
Tekstur adalah sifat
dan keadaan suatu permukaan bidang atau permukaan benda pada sebuah karya seni
rupa. Setiap benda mempunyai sifat permukaan yang berbeda. Tekstur dibedakan
menjadi tekstur nyata dan tekstur semu. Tekstur nyata adalah nilai raba yang
sama antara penglihatan dan rabaan. Sedangkan tekstur semu adalah kesan yang
berbeda antara penglihatan dan perabaan.
Ø
Warna
Ada dua
pendekatan untuk mempelajari teori warna, salah satunya dengan teori warna
berdasarkan pigmen warna atau Goethe, yakni butiran halus warna. Beberapa
istilah dalam teori warna pigmen diantaranya;
·
Warna Primer,
yakni warna dasar (warna pokok) yang tidak bisa didapatkan dari campuran warna
lain. Warna primer ada 3, yaitu merah, kuning, dan biru.
·
Warna Sekunder,
yaitu warna yang dihasilakan dari campuran dua warna primer
Contoh:
·
merah + kuning : jingga
·
biru +
kuning : hijau
·
merah + biru
: ungu
·
Warna Tersier, yakni warna hasil percampuran kedua warna sekunder.
Contoh:
·
kuning +
hijau : kuning kehijau-hijauan
·
biru +
ungu : ungu kebiruan
·
jingga +
merah : jingga kemerahan
·
Warna analogus,
yaitu rentetan warna yang berdampingan letaknya dalam sebuah lingkaran warna,
contohnya rentetan dari warna ungu menuju warna merah.
·
Warna
komplementer, yakni warna kontras yang letaknya berseberangan dalam lingkaran
warna, misalnya, kuning dengan ungu, merah dengan hijau, dan lain-lain.
Ø Gelap Terang
Gelap terang di
dalam karya seni rupa 2 dimensi memiliki beberapa fungsi, antara lain:
menunjukkan kesan ruang atau kedalaman, menggambarkan kesan tiga dimensi pada
sebuah benda, dan memberi perbedaan kontras. Dalam karya seni rupa 2 dimensi,
gelap terang dapat terjadi karena intensitas warna, atau karena percampuran
warna hitam dan putih.
Ø Ruang (Kedalaman)
Dalam karya 3 dimensi, ruang dapat
dirasakan secara langsung oleh pengamat, contohnya ruangan dalam rumah. Namun
dalam karya 2 dimensi, ruang sangat tergantung pada luas bidang gambar. Unsur
ruang pada karya 2 dimensi sifatnya semu atau maya. Karena unsur ruang tersebut
diciptakan melalui kesan penggambaran yang datar, pipih, menjorok, jauh dekat
cembung, dan sebagainya
C . RAGAM KARYA SENI RUPA 2 DIMENSI
·
Seni lukis,merupakan pengembangan dari menggambar
yang lebih lengkap dan lebih utuh.
·
Seni grafis, merupakan cabang seni dimana
pembuatannya menggunakan alat atau teknik cetak yang umumnya dan biasanya
diatas kertas seperti pada poster & sablon.
·
Seni kriya, merupakan seni dua dimensi dimana
karya seni ini lebih menekankan pada ketrampilan tangan seperti contoh :
batik, hiasan dinding, parabot, keramik, dls.
·
Seni ilustrasi, merupakan seni menggambar sebagai hasil
visualisasi dari tulisan untuk menerangkan, menyampaikan, menghiasi /
memudahkan pembaca untuk memahami suatu cerita, tulisan, maupun informasi
lainnya. Seperti contoh komik & karikatur.
D.PRINSIP
PRINSIP SENI RUPA
1. Prinsip Keseimbangan/Balance
adalah berkenaan dengan kualitas
bobot atau kesan berat ringannya suatu karya. Keseimbangan dapat dibuat secara
formal atau dengan istilah yang lazim disebut setangkep (jawa) atau simetris.
Keseimbangan dapat di buat pula secara informal atau asimetris dan keseimbangan
radial atau memancar.
2. Prinsip Kesatuan/Unity
Prinsip ini dapat tercapai apabila terpenuhi
prinsip keseimbangan, irama, penekanan, proporsi, dan keselarasan. Teori-teori
Psikologi Gestalt tentang kedekatan, ketertutupan dan kesamaan dapat membantu
terpenuhinya prinsip kesatuan dalam karya Seni Rupa.
3. Prinsip Irama
Prinsip ini di timbulkan dari kesan gerak dari
unsur yang melekat pada karyanya yang dapat diupayakan melalui pengulangan,
pergantian, perubahan ukuran, dan gerak mengalun.
4. Centre of Interst:
Di sebut juga prinsip dominasi, atau
pusat perhatian, atau klimak adalah upaya penampilan pada bagaian tertentu dari
karya Seni Rupa yang menarik perhatian dengan cara pengaturan posisi, perbedaan
ukuran, perbedaan warna, atau unsur lain, dan pengaturan arah unsur-unsur.
5. Prinsip Proporsi atau Perbandingan :
Adalah upaya pengaturan yang
berkenaan dengan ukuran antara bagian satu dengan bagian lainnya. Besar kecil,
luas, sempit, panjang pendek, atau tinggi rendah adalah persoaalan Proporsi.
Dalam Seni Rupa prinsip proporsi ini digunakan untuk mempertimbangkan
perbandingan bidang kertas atau kanvas dengan objek yang digambar atau di
lukis. Prinsip perbandingan lebih menekankan pada varisasi atau keragaman
ukuran unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam satu kesatuan yang utuh.
6.
Prinsip Keselarasan :
Lazim disebut dengan prinsip Harmoni
atau Keserasian adalah timbul dengan adanya kesamaan, kesesuaian, dan tidak
adanya pertentangan. Dalam Seni Rupa prinsip Keselarasan dapat dibuat dengan
cara menata unsur-unsur yang mungkin sama, sesuai dan tidak ada yang berbeda
secara mencolok.
E. MEDIA SENI RUPA
A. Bahan dan Media
Bahan adalah zat yang digunakan untuk melukis, yang terdiri
dari:
1.Pensil;
dibuat dengan campuran grafitda tanah liat.
2.Konte;
bertekstur halus dan berwarna sangar hitam
3.Pensil
warna; terdiri dari bermacam-macam warna yang bertekstur lembut
4.Krayon;
terbuat dari unsur lilin dan kapur
5.Pena;
beris tinta yang biasanya berwarna, hitam, biru, dan merah.
6.Cat
cair; bahan untuk melukis di atas kertas, bersifat transparan dan mudah larut.
7.Cat
minyak; membutuhkan waktu yang lama (beberapa hari) untuk mengering.
8.Kanvas;
kain yang berlapis cat campur lem
9.Kuas;
untuk menggoreskan cat
10.Palet;
tatakan/wadah untuk menaruh dan mencampur warna-warna cat.
11.Komputer;
untuk teknik-teknik tertentu seperti gambar-gambar digital.
12.
Kertas; Media untuk melukis.
B.Teknik Berkarya Seni Rupa Dua
Dimensi
1.
Linear; cara menggambar dengan teknik menutup obyek dengan garis.
2.
Blok; menutup obyek lukis dengan satu warna.
3.
Arsir; menutup obyek lukis dengan pulasan garis sejajar atau menylang.
4.
Dusel; membuat gelap atau terang obyek lukis dengan goresan miring, menggunakan
pensil.
5.
Pointilis: menghitamkan obyek lukis dengan titik-titik.
6.
Aquarel; menggunakan sapuan tipis cat air.
7.Plakat;
menggunaklan sapuan tebal dengan cat minyak.
F. KRITIK SENI
A.
Pengertian
Para
ahli seni umumnya beranggapan bahwa kegiatan kritik dimulai dari kebutuhan
untuk memahami (apresiasi) kemudian beranjak kepada kebutuhan memperoleh
kesenangan dari kegiatan memperbincangkan berbagai hal yang berkaitan dengan
karya seni tersebut.
1. Kritik
pendidikan : Kritik
pendidikan bertujuan mengangkat atau meningkatkan kepekaan artistik serta
estetika subjek belajar seni. Jenis kritik pendidikan umumnya digunakan di
lembaga-lembaga pendidikan seni terutama untuk meningkatkan kualitas karya seni
yang dihasilkan peserta didiknya. Kritik jenis ini termasuk yang banyak
digunakan oleh guru di sekolah umum dalam penyelenggaraan mata pelajaran
pendidikan seni.
2. Kritik
keilmuan :
Kritik keilmuan bersifat akademis dengan wawasan pengetahuan, kemampuan
dan kepekaan kritikus yang tinggi untuk menilai/menanggapi sebuah karya seni.
Kritik jenis keilmuan ini umumnya disampaikan oleh seorang kritikus yang sudah
teruji kepakarannya dalam bidang seni, atau kegiatan kritik yang disampaikan
mengikuti kaidah-kaidah atau metodologi kritik secara akademis. Hasil tanggapan
melalui kritik keilmuan ini seringkali dijadikan referansi bagi para kolektor
atau kurator institusi seni seperti museum, galeri dan balai lelang.
3. Kritik
populer : Kritik
seni populer ditujukan untuk konsumsi massa/umum. Tanggapan yang disampaikan
melalui kritik jenis populer ini biasanya bersifat umum saja lebih kepada
pengenalan atau publikasi sebuah karya. Umumnya digunakan gaya bahasa dan
istilah-istilah sederhana yang mudah dipahami oleh orang awam.
4. Kritik
jurnalistik : Jenis kritik jurnalistik seni yang
hasil tanggapan atau penilaiannya disampaikan secara terbuka kepada publik
melalui media massa khususnya surat kabar. Kritik jenis jurnalistik ini
biasanya sangat cepat mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap kualitas
dari sebuah karya seni, tertama karena hasil tanggapannya (kritiknya)
disampaikan melalui media massa.
1. Kritik Formalistik
Melalui pendekatan formalistik, kajian
kritik terutama ditujukan terhadap karya seni sebagai konfigurasi aspek-aspek
formalnya atau berkaitan dengan unsur-unsur pembentukannya. Pada sebuah karya
lukisan, maka sasaran kritik lebih tertuju kepada kualitas penyusunan
(komposisi) unsur-unsur visual seperti warna, garis, tekstur, dan sebagainya
yang terdapat dalam karya tersebut. Kritik formalistik berkaitan juga dengan
kualitas teknik dan bahan yang digunakan dalam berkarya seni.
2. Kritik Ekspresivistik
Melalui pendekatan ekspresivistik dalam
kritik seni, kritikus cenderung menilai dan menanggapi kualitas gagasan dan
perasaan yang ingin dikomunikasikan oleh seniman melalui sebuah karya seni.
Kegiatan kritik ini umumnya menanggapi kesesuaian atau keterkaitan antara
judul, tema, isi dan visualisasi objek-objek yang ditampilkan dalam sebuah
karya.